Kenapa Ingin Menjadi Blogger?


 

    Saat remaja, saya banyak bermain dengan berselancar di internet dengan mengunjungi aneka blog yang tersaji di google berdasarkan kata kunci yang saya ketikkan. Saya belajar banyak hal dari tulisan yang saya lahap di setiap blog yang dikunjugi. Saat dewasa, saya lebih intens menjadikan internet sebagai rumah kedua—sebagaimana orang-orang pada umumnya—untuk menampung segala rasa ingin tahu dan kegelisahan saya pada rentetan peristiwa dan fenomena yang terjadi di realitas.

    Di rumah kedua itulah saya perlahan tapi pasti turut serta mengisinya dengan beragam hal yang mencuri perhatian, dan membuat saya ingin menuliskan sudut pandang saya sepatah dua kata di media sosial. Misalnya, facebook, Instagram, twitter, dan wattpad. Beberapa aplikasi yang menjadi medium melancarkan gejolak apa yang saya alami dan rasakan.

    Pada sisi yang lain, kala itu sebagai mahasiswa yang aktif berkecimpung di organisasi kemahasiswaan, saya dituntut untuk lebih peka pada isu-isu yang terjadi di sekitar. Terutama isu-isu mengenai perempuan dan HAM. Tentu ada hal yang menyadarkan saya kalau untuk mengkaji isu tersebut memerlukan banyak referensi bacaan yang diperoleh dari berbagai macam buku. Sayangnya, saya lupa kalau toko buku di kota saya belum tersedia. Hanya ada di luar daerah. Walaupun bisa dijumpai di ibukota provinsi, tetapi ada juga buku yang memang tak tersedia di toko buku ibukota.

    Mau tak mau, sebagian buku itu harus diperoleh dari pulau Jawa, yang memang kalau dihitung biaya ongkirnya dua kali lebih mahal dari harga buku. Jadi, jalan pintas yang kerapkali saya gunakan untuk membaca buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan saya adalah dengan membaca buku versi e-book di aplikasi perpustakaan digital. Atau juga dengan membaca artikel ilmiah, maupun beragam bacaan digital yang legal dan bisa diakses secara gratis.

    Saya juga harus lebih sering mengunjungi satu per satu blog demi mendapatkan bacaan yang bergizi. Maka, ada banyak website yang kerapkali saya kunjungi secara rutin, hingga turut mengikuti beberapa penulis di media sosialnya untuk berusaha memperoleh gagasan maupun pemikiran terkait suatu isu. Berkat hal itu, saya jadi lebih sadar tentang beragam isu yang terjadi. Saya jadi berusaha untuk mengobservasi segala peristiwa dengan berpikir kritis, dan tidak terburu-buru menghakimi hanya berdasar apa yang tampak. Sebisa mungkin saya berusaha menemukan sebab akibat yang berkelindan hingga menjadi alasan dibalik suatu peristiwa.

    Terutama pada isu-isu perempuan yang harus diakui masih banyak orang-orang yang cenderung bias dalam melihat posisi perempuan sebagai korban, tetapi juga posisi mereka sebagai manusia yang setara sebagaimana laki-laki. Dan tentu saja, membaca referensi melalui website di tengah keterbatasan akses bacaan buku konvensional menjadi salah satu ikhtiar menyuarakan suara-suara yang kerapkali dikecam dengan mengaungkan dogma agama.

    Padahal, dalam agama pun telah dijelaskan bahwa baik perempuan dan laki-laki sama-sama mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi dan memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan. Sebab, satu-satunya yang menjadi perbedaan antara perempuan dan laki-laki di hadapan-Nya hanya diukur dari ketaqwaan. Maka, sungguh miris ketika orang-orang menindas kaum perempuan dengan menyeret dogma agama yang jelas-jelas mengandung pesan kebaikan antar sesama manusia tanpa saling menyakiti.

    Melalui pergolakan batin dengan terus mengembara setiap tulisan yang bersebaran di internet, saya bertemu dengan seorang blogger yang tulisannya ‘menyelamatkan’ diri saya dari cara berpikir yang keliru. Kala itu, saya telah berada diamang batas keraguan. Barangkali sejengkal saja saya melangkah, saya tak akan menjadi diri saya yang sekarang. Saya sangat terkesan dengan tulisannya yang berfokus pada isu-isu perempuan yang entah mengapa sejalan dengan suara hati saya.

    Melalui tulisannya pula, saya semakin termotivasi untuk memperkaya diri dengan bacaan yang berbuntut panjang menulis kegelisahan diri saya. Dari sekedar mencoba menulis pengalaman ringan di blog perdana, hingga kemudian membuat blog baru yang kini telah menjadi tempat saya menitipkan renungan yang bersarang di kepala.

    Saya ingin menyuarakan pemikiran saya melalui tulisan yang saya tuangkan. Saya ingin berbagi pengalaman khas perempuan dari seorang perempuan seperti saya pada perempuan yang berada di luar sana. Saya ingin mengingatkan mereka, kalau mereka tak sendiri dalam menghadapi hidup. Akan selalu ada perempuan yang akan terus mendukung kaum perempuan di manapun mereka berada.

    Terlepas dari apapun, menjadi blogger adalah cara saya untuk bisa turut serta mengambil bagian dalam menciptakan perubahan di dunia maya—yang tak dibatasi oleh jarak dan waktu. Sebab, fisik saya telah dibatasi oleh jarak yang begitu jauh di ujung negeri.[]

 

 

 

Komentar

Postingan Populer