Menyelami Tulisan Melalui Oprec ODOP

 


    Berkenalan saya dengan Komunitas ODOP melalui akun resmi Instagram-nya telah lama saya ikuti beberapa tahun silam. Awalnya hanya karena unggahan demi unggahan yang tersaji melalui akun resminya, hingga pernah terbesit untuk bergabung dengan komunitasnya. Voila! Kesempatan itu akhirnya terwujud dengan adanya pengumuman Oprec ODOP. Namun, kala itu saya gagal dalam proses karena tidak konsisten menulis secara sungguh-sungguh.

    Apakah saya berhenti untuk tak lagi bergabung dengan Komunitas ODOP? Ternyata, tidak. Semangat saya masih tetap membara untuk menjadi bagian dari Komunitas ODOP. Saya rajin mengikuti akun Instagram-nya, sambil berharap untuk dapat mengikuti Oprec. Walau nyatanya, ada saja drama yang terjadi selama masa menunggu Oprec ODOP. Mulai dari ketinggalan informasi karena uninstal Instagram, hingga kelupaan tenggat waktu pendaftaran. Tapi tetap saja, diam-diam saya berusaha untuk nanti bisa optimis mengikutinya di tahun depan.

    Saat mengikuti Ramadan Writing Challenge dan diberi informasi akan ada informasi Oprec ODOP batch 11 tahun 2023, dalam hati saya berusaha mengingatkan diri untuk kali harus berhasil mengikuti Oprec ODOP apapun yang terjadi. Saat pengumuman lolos sebagai peserta untuk mengikuti masa karantina dengan menulis setiap hari, rasanya begitu mendebarkan bagi diri sendiri. Akankah saya berhasil? Ataukah kembali mengulang kegagalan sebelumnya. Namun, saya berusaha untuk mengingatkan diri untuk harus berani untuk mencoba.

    Maka, saya mulai menulis pelan-pelan. Menuliskan hal-hal yang dekat dengan diri saya. Menuliskan kegelisahan sekaligus hal-hal yang mampir di kepala. Memberanikan diri untuk menulis cerpen, tanpa pernah tahu bagaimana harus memulai menulis cerpen yang baik. Saya biarkan sepasang tangan dan kepala saya saling bekerja sama untuk menghasilkan kata demi kata yang menjadi satu tulisan utuh tentang sesuatu yang saya pikirkan.

    Bahkan, saya harus membuka satu per satu tulisan lama saya yang tak pernah diselesai ditulis, agar diselesaikan untuk diunggah di blog. Saya jadi melihat diri saya yang setahun maupun dua tahun lalu melalui tulisan itu. Ada banyak hal yang berubah, begitu juga dengan diri saya melalui apa yang saya tulis. Maka selama masa karantina, saya seperti bercerita dengan diri saya sendiri. Menyelami sisi lain diri saya yang tak pernah disadari melalui tulisan yang berhasil dibuat. Selalu ada sudut pandang baru setiap hari, melalui tulisan yang berhasil dikerjakan. Hal yang paling memberatkan adalah ketika harus membayar satu per satu utang tulisan per minggu.

    Rasanya seperti ditagih sepanjang siang malam. Apa yang harus saya tulis? Ide di kepala saya kok mendadak mentok. Itulah drama yang sepanjang hari saya geluti selama masa karantina. Benar-benar tantangan sekaligus menegangkan. Karena setiap hari berusaha untuk menyetorkan tulisan.

    Kadang, seringkali terbayang eliminisi saat diri terserang kemalasan akut. Namun, itu pula yang menjadi suplemen motivasi saya untuk segera mengusir kemalasan yang melanda. Kemalasan hanyalah sebuah kamuflase dari bayangan ketidakmampuan diri untuk terus-menerus berani mencoba menjaga konsistensi menulis. Hal itulah yang terjadi pada diri saya. Namun, dengan adanya tulisan tantangan setiap seminggu sekali, saya memperoleh banyak pelajaran dan pengalaman.

 

Pelajaran Selama Mengikuti Oprec ODOP

    Ada satu hal yang paling mengena selama mengikuti Oprec ODOP, yakni berkenalan lebih akrab dengan pemikiran Buya Hamka. Sebelumnya, saya telah mengenal beliau sebagai penulis, tapi hanya sekedar mengenalnya saja. Saya bahkan tak pernah tahu bagaimana sepak terjang perjuangan maupun pergulatan pemikiran beliau yang berpengaruh besar bagi kekayaan intelektual di negeri ini. Melalui tantangan menulis, saya memperoleh pelajaran hidup dari sosok Buya Hamka.

    Selain itu, selama membaca buku biografinya, saya masih ingat nasehat ayahnya Buya Hamka padanya yang mengingatkan ia tentang kemampuan pidatonya yang dikuasai. Akan tetapi, harus diisi dan diperkaya dengan wawasan dan pengetahuan agar pidato tersebut menjadi berisi dan bermanfaat bagi sesama. Di situlah, saya menyadari kalau kemampuan menulis saja tak cukup tanpa diimbangi dengan keluasan pengetahuan.

    Maka, menulis juga harus diperkaya dengan terus melahap beragam bacaan demi menghasilkan tulisan yang bernas, sekaligus bergizi bagi siapapun yang mengonsumsinya agar bisa bermanfaat bagi sesama.

    Di sisi yang lain, saya bersyukur bisa mengikuti materinya Mbak Widya tentang 5 Strategies for Writer yang benar-benar berharga bagi diri saya sendiri. Sebab, telah berhasil menjawab kegelisahan saya selama ini mengenai menulis. Saya percaya, menulis bukan hanya tentang memperoleh “cuan” tapi juga tentang berikhtiar memberdayakan diri untuk berbagi kebaikan dengan orang lain. Walaupun saya menyadari kalau tulisan saya masih jauh dari dari definisi baik itu sendiri.

    Saya berusaha untuk tidak menjadikan menulis sebagai wadah untuk melampiaskan amarah saya dan memberi energi negatif pada pembaca. Saya ingin menulis dengan penuh kesadaran utuh secara perlahan-lahan dengan terus bergerak dinamis. Barangkali akan sangat pelan, tapi saya ingin terus bertumbuh menjadi dengan bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana tulisan-tulisan yang saya telah membuka jalan panjang saya untuk menelusuri samudera pengetahuan melalui tulisan itu.

    Terima kasih untuk para pije dan kawan-kawan yang telah membersamai saya pada hari pertama bergabung dengan Oprec ODOP hingga kini. Terima kasih pada pemateri yang disela-sela kesibukannya, tetap bergairah menularkan spirit menulis pada setiap peserta. Melalui SJLD dan blogwalking, saya bertemu orang-orang keren dengan beragam latar belajang yang bikin saya bersemangat untuk terus menghidupkan kebiasaan menulis sebagai sahabat yang menemani diri saya sepanjang hidup saya.

    Tanpa menulis, siapalah saya. Tanpa menulis, saya takkan mungkin bisa mengenali keriuhan isi kepala saya. Dengan menulis, saya ingin mengikat setiap pelajaran dan makna perenungan hidup sebagaimana nasehat Imam Ali Bin Abi Thalib, “ikatlah ilmu dengan menulis.” []

Komentar

  1. Mantap, Kak. Semoga open recruitment ODOP dapat berujung dengan hal yang baik. Semoga tahun ini, benar-benar menjadi anggota dari komunitas ini.
    Dan semoga ujung dari semuanya bernilai kebaikan selalu. Aamiin

    BalasHapus
  2. Semoga kita bisa sama-sama lolos dari karantina ini ya Kak...

    BalasHapus
  3. MasyaAllah hiatusnya beneran berhasil kali ini ya ka, tetap semangat

    BalasHapus
  4. Masya Allah, ilmu itu seperti hewan buruan, dan menulis sebagai pengikatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuk sekali, Kak. semakin ditulis semakin diingat.

      Hapus
  5. Rinci sekali 💕 Semangat terus ya Kak. Semoga kita bisa lulus bareng-bareng

    BalasHapus
  6. Bismillah kelulusan sudah didepan mata

    BalasHapus
  7. Wah, tulisannya mewakili isi hati saya, termasuk apa-apa yang saya pikirkan taoi belum saya tulis. Hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer