Mencari Tuhan Di Sudut Hati
![]() |
| https://www.pexels.com/photo/top-view-of-person-praying-7957068/ |
Barangkali
kamu akan merasa kesulitan seumpama dibebani beratus-ratus batubata di
punggungmu untuk menunaikan sholat. Namun, bagaimana kamu hendak menemukan
kebahagiaan. Jikalau, kamu masih dilanda krisis siapa sebenarnya dirimu? Sosok
malaikat, ataukah iblis yang sedang mengenakan topeng berwujud manusia? Para
malaikat barangkali sedang menghardik dirimu secara terang-terangan, sembari
mencatat rentetan dosa-dosa yang kamu panen sepanjang hari.
Dosa
yang kamu tanam dari benih kebencian yang bersarang pada dirimu. Barangkali
pula, tangan malaikat juga sesekali pegal dan keram, karena terlalu mencatat
satu per satu kebodohanmu yang begitu mudah diperbudak uang. Nun jauh di sana,
para sekawanan iblis berbahagia merayakan keberhasilanmu dalam menjarah
kenikmatan duniawi hingga membabi-buta melupakan mana jalan yang seharusnya
dilewati.
Maka,
mari bertanya pada diri. Seberapa sering kamu meninggalkan sholat? Tetapi, Dia
takkan meninggalkanmu. Ketika adzan berkumandang dari satu masjid ke masjid
yang lain, kamu masih berpura-pura sibuk mengurus segala urusan yang telah
mendekati masa tenggang waktu. Berpikir, inilah urusan yang menyangkut hidup
dan mati keuanganmu yang kerapkali jebol di penghujung bulan. Kamu berpikir
dengan segala uang yang diperoleh dari kerja-kerja hingga lupa istirahat,
makan, tidur, bahkan tertawa secara lepas sebagai pengorbanan demi kebahagiaan
hidup di hari esok.
Ketika
adzan berkumandang, kamu hanya memilih duduk membisu sembari mengulir beranda
media sosial, mencari rentetan kata-kata bijak untuk menjadi penghibur duka
lara kelelahanmu yang kian hari kian menjadi-jadi. Tak kamu temukan. Yang kamu
temukan hanyalah sebuah foto yang berisi sebuah kata bijak yang berbunyi, “Sholatlah,
sekalipun kamu jauh dari kata baik.”
Kamu
berpikir, sudah berapa lama kaki yang menopangmu tak diajak bersujud? Sudah
berapa lama kepala yang kamu dan orang-orang sekitarmu bangga-banggakan sebagai
otak jenius itu bersujud menyentuh bumi? Berapa lama sepasang bibirmu
berkomat-kamit memohon ampun? Alih-alih menyumpah serapah orang lain yang tak
kamu senangi.
Berapa
lama kamu membiarkan hatimu berdebu? Dan membiarkan jiwamu seumpama musim
kemarau. Kering. Tandus. Kamu pikir, banyak uang lebih dari cukup untuk bahagia.
Padahal, uang takkan bisa membeli ketenangan jiwamu. Uang tak bisa membeli
kelapangan dadamu. Uang hanya bermanfaat saat dirimu menyadari tujuan uang yang
sebenarnya. Ia bukan Tuhan. Tetapi kamu terjebak menjadikan ia sebagai berhala
kecil yang kamu sembah sepanjang hari.
Kamu
tahu, demi uang orang rela membunuh. Demi uang, orang rela menipu. Demi uang,
orang-orang mengkhianati kesucian diri mereka. Demi uang, manusia hanyalah
sebuah barang yang tak bernilai. Maka, jadikanlah sholatmu sebagai pelindungmu.
Pelindungmu dari hasrat kebinatangan diri yang mendiami dirimu. Jadikanlah
sholatmu sebagai pengingat diri untuk mencegah perbuatan keji—sekalipun itu
hanya pada diri sendiri.
Sholatlah.
Dirikanlah agamamu. Sholatlah. Karena kamu sadar tujuan hidupmu, sekaligus
hidup dan matimu sesungguhnya hanyalah menyembah pada-Nya.
Sholatlah.
Temukan Dia di sudut hatimu. Sudut hati yang telah lama tak kamu rawat dengan
kerendahan diri sebagai mahluk yang tak perdaya atas kehendak-Nya.[]


.jpeg)
Komentar
Posting Komentar