Refleksi Pengantar Epistemologi Islam
![]() |
| https://www.pexels.com/photo/photo-of-brown-candle-lantern-323340/ |
Dalam kehidupan umat manusia, pasti takkan pernah terlepas dari namanya keraguan. Keraguan muncul dari pergerakan perubahan alam yang tidak menentu, dan terjadi secara terus-menerus sepanjang hidup.
Keraguan
bisa hadir dalam segala hal, baik dari hal kecil hingga besar. Di mana pun dan
kapanpun, manusia selalu diperhadapkan dengan keraguan yang kerapkali
bermunculan secara tiba-tiba. Persoalan keraguan, senantiasa menggangu pikiran
manusia, yang bisa membuat manusia merasakan kekhawatiran maupun ketakutan.
Bahkan, parahnya lagi keraguan bisa mendatangkan malapetaka apabila tak mampu
diselesaikan oleh manusia.
Keraguan
yang melanda manusia, misalnya dalam memilih beragam pilihan, terkadang bisa
membuat manusia tak merasa yakin dengan setiap pilihan tersebut. Pada tingkat
ekstrim, manusia bisa dengan mudah tidak mempercayai hal-hal yang bersifat
metafisika hanya karena keraguan, bahkan meragukan pengetahuan itu sendiri.
Adanya
keraguan, menjadi landasan awal bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan,
apabila mampu menjawab keraguan yang muncul dalam kepala. Menjawab persoalan
keraguan hanya dengan mempercayai semata, tanpa penjelasan yang konkret, maka
hanya akan menambah keraguan dalam diri.
Hanya individu
yang dapat memastikan keraguan dalam diri, karena ia yang secara langsung
terlihat dengan keraguan. Pada titik ini, manusia membutuhkan kepastian untuk
menjawab keraguan. Kepastian yang bukan hanya sebatas percaya atau tidak, tapi
juga dikokohkan oleh fakta-fakta yang terjadi di realitas, untuk mengurai
keraguan yang muncul.
Sudah
sepatutnya berfilsafat menjadi salah satu jalan untuk menghadapi keraguan serta
efeknya yang dapat merugikan manusia. Tanpa mengatasi keraguan yang
berseliweran di kepala, maka manusia akan mengalami kesulitan, dan krisis
kepercayaan dalam menjalani kehidupan.
Prinsip-prinsip
Swapembuktian
Pada
dasarnya, Keraguan yang muncul memerlukan jawaban yang pasti. Filsafat menjadi
kunci untuk memperoleh jawaban tersebut. Karakter filsafat untuk mencari
persoalan, kemudian dibedah luar dalam
untuk memecahkan beragam persoalan. Keraguan yang kita alami adalah
ketidakpastian menyakini bukti adanya sesuatu, yang secara batin kita rasakan,
tapi secara lahiriah kita memerlukan bukti.
keraguan
bisa mempengaruhi seseorang menjadi skeptisisme. Meragukan segala hal, bahkan
ekstrimnya meragukan pengetahuan itu sendiri. Sikap skeptisisme pada segala
hal, kiranya harus dikaji kembali dengan mempertanyakan kenapa orang-orang
meragukan sesuatu, apalagi meragukan pengetahuan yang diperoleh dari akal.
Bukankah tahu keraguan yang sedang dialami diri juga merupakan pengetahuan?
Keraguan
bisa dihilangkan, apabila penalaran akal sampai pada penjabaran pembuktian.
Dalam artian penalaran harus mampu membuktikan kepastian sesuatu pada diri.
Adanya prinsip-prinsip swapembuktian (al badihihiyyat-al-awwaliyah)
sebagai pembuktian sebagaimana adanya atau pembuktian diri sendiri, dibutuhkan
untuk menghilangkan keraguan tersebut.
Untuk
menyingkap segala sesuatu yang ada, membutuhkan proses yang panjang. Karena
kepastian akal dan realitas terkadang berbeda. Apa yang dipikirkan oleh kita,
belum tentu sama dengan apa yang terjadi di realitas, maka terkadang kita tanpa
sadar mengalami miskonsepsi dalam menafsirkan sesuatu.
Untuk
menghindari miskonsepsi, maka penalaran akal dengan filsafat sangat penting
sebagai kerangka pikiran dalam mengkaji sesuatu secara kritis hingga ke
akar-akarnya. Sebagai kerangka pikiran, filsafat bersifat mandiri dan tak
bergantungan dengan ilmu yang lain, misalnya logika.
Filsafat
bisa berdiri sendiri tanpa logika, tapi logika belum tentu bisa bekerja tanpa
filsafat. Sebab, logika hanya berfokus pada kerja-kerja taktis pikiran dan tak
menghasilkan gagasan-gagasan baru. Sedangkan filsafat mampu menghasilkan
pengetahuan dan gagasan baru. Maka, dalam beragam aspek filsafat dibutuhkan
untuk mengurai berbagai problem yang terjadi yang sama sekali tidak bisa
dipecahkan ilmu lain, termasuk ranah agama.
Untuk
menyingkap tabir segala sesuatu harus disertai dengan adanya prinsip-prinsip
swapembuktian yaitu:
1.
Prinsip identitas
Dalam
prinsip ini, akal mengidentifikasi identitas segala sesuatu. Prinsip ini
sebagai pembeda antara setiap maujud dan keterkaitan antara satu sama lain.
Prinsip identitas penting dalam membeda dan memisahkan setiap objek. Karena
tidak mungkin kita mau menyamakan segala sesuatu itu sama. Misalnya, si Fulan
tidak mungkin sama dengan si Fulanah. Sebab, mereka berdua berbeda, baik secara
fisik, psikis maupun cara berpikirnya. Bahkan, anak kembar pun memiliki cara
pandang yang berbeda.
2.
Prinsip Kausalitas
Bahwa
segala hal yang ada terjadi memiliki hubungan sebab akibat. Akibat merupakan
hasil yang timbul dari sebab. Artinya, tidak ada akibat tanpa adanya sebab yang
mendahului. Misalnya, seseorang yang cerdas merupakan akibat dari proses
belajar yang menjadi sebab atas kecerdasan itu.
3. Prinsip Non-kontradiksi yaitu tiada hal yang
terjadi secara bersamaan. Hal ini hanya akan mengacaukan akal. Misalnya, saya
makan nasi sekaligus menulis pada saat bersamaan.[]*
Wallahul'alam bissawab
*Tulisan
refleksi kajian


.jpeg)
Komentar
Posting Komentar