Selesai Dikenang

 

https://www.pexels.com/photo/photo-of-a-woman-standing-inside-bus-808700/

    Ada hal-hal yan ingin kita kenang selamanya, tapi juga ada hal lain yang tak ingin kita kenang sebagai bagian dari perjalanan hidup. Orang-orang yang pernah menjadi bagian penting dalam lingkaran hidup, yang perlahan-lahan menjelma menjadi sosok asing bagi satu sama lain. Kadang hidup seperti seorang badut yang sekali duakali membuat kita menertawakannya. Menertawakan betapa lucu tingkah badut, tetapi pada saat bersamaan kita menyadari kalau tawa tersebut hanyalah kepalsuan belaka.

Bagaimana tidak menertawakan hidup? Jika orang-orang tertentu yang kita anggap lebih dekat dari jam yang melingkar di tangan telah berubah menjadi seperti sebuah buku yang telah usang. Yang akan berada di sudut kamar kita, tak tersentuh. Kemudian pada suatu hari, ketika mata tak sengaja menangkap sebuah sampul buku itu, kita baru menyadari bahwa buku tersebut pada masanya, menjadi hal paling berharga melebihi ponsel yang kita genggam dua puluh empat jam.

Seiring dengan waktu yang terus berlari maju ke depan, kita menyadari kalau setiap orang—termasuk kita akan menjadi sosok yang asing bagi mereka. Segala kisah yang dulu pernah dibangun sepanjang hari bersama-sama, telah berganti wujud menjadi sesuatu rumah tua yang tak lagi tersentuh sepasang tangan mungil kita—sepasang tangan yang dulu menantang dunia dengan mengandalkan idealisme sempit isi kepala yang tak pernah berkeliaran di sisi lain dunia.

Kita pernah bersama dalam satu jalinan cerita satu sama lain. Saat kita menjadi tokoh dari sebuah cerita, yang saling berkelindan dengan mereka yang juga menjadi salah satu tokoh yang menghidupkan cerita kita yang sarat beraneka genre film.

Kita pernah menjadi tangan satu sama lain. Yang pernah menghapus air mata mereka yang tersakiti oleh hidup maupun beban ekspektasi yang memberatkan punggung yang belum pernah memboyong kenyataan hidup. Sepasang tangan yang juga melukis wajah untuk menerbitkan senyum maupun tawa, walau hidup tak sedang baik-baik saja.

Kita pernah menjaga satu sama lain. Menjaga sepasang kaki yang hampir terjatuh, karena begitu takut menatap dinamika hidup yang seumpama gempa bumi. Menggoncang apapun yang ada di sekitar diri. Begitu pula mengenggam sepasang tangan yang hampir berhenti untuk menuliskan harapan-harapan dan impian yang seringkali ditertawakan oleh bayang-bayang keraguan.

Kita pernah saling bertukar sepiring kegelisahan hidup dan segelas ketakutan di meja yang sama. Saling mencoba rasa satu sama lain, sebelum akhirnya saling memberi wejangan ‘cara asyik menjalani hidup nan absurd’. Saling menertawakan kegetiran hidup yang terkadang seperti musim pancaroba—banyak kesakitan yang melanda.

Kita pernah dalam berbagai hal. Sebelum akhirnya menjadi tak pernah satu sama lain. Kita menjadi sepasang robot yang kini menjalani hidup dengan perintah tuntutan hidup. Tak ada lagi sepasang kaki yang saling mengajak kaki yang lain berpetualangan ke tempat-tempat ajaib. Tak ada lagi genggaman erat tangan yang saling merangkul. Semua telah berlalu.

Cerita kita kini telah berubah dengan tak lagi menjadi tokoh dalam film masing-masing. Kita telah berjalan sendiri-sendiri. Tak lagi bersama. Kita telah berkawan akrab dengan kenyataan hidup yang berlainan satu sama lain. Jika kerinduan bertamu dan bertanya mengenai kita, tak ada lagi cerita yang bergemuruh. Kita tak lagi sama. Kita telah berbeda. Kita telah memilih jalan hidup dengan cerita yang berbeda. Bahkan bisa jadi, di masa yang akan datang, cerita kita akan selesai dikenang.

 

Komentar

  1. Terkadang sesuatu begitu indah kala kedekatan, suka, dan cinta masih bersemayam. Namun, saat jauh dan timbul bibit bernama benci, maka apa yang pernah terjalin, justru menjadi sesuatu yang ingin dilupa dan dikubur sebagai sebuah jenazah mati.

    Cintai dan sayangi seseorang jangan berlebihan. Sebab kita tidak pernah tahu, apakah kita akan berbalik membencinya.

    Benci sesuatu pun seperlunya. Sebab bisa jadi di kemudian hari, justru cintalah yang kita rasa kepadanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam beragam relasi yang terjalin. Ternyata menempatkan diri dan membatasi diri menjadi cara paling mudah untuk tidak terlalu berada di fase memiliki ikatan emosional dengan orang lain.

      Hapus
  2. Tentu kenangan manis dan indah yang selalu ingin kita kenang. Kenangan pahit ingin kita hempaskan jauh-jauh, dan menjadi pelajaran berharga untuk kita ambil ibrohnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, banyak kenangan yang mengandung pengalaman dan pelajaran hidup bagi kita. setiap orang yang kita temui sepanjang perjalanan hidup, selalu memberi banyak cerita untuk dipelajari oleh kita. Semoga kita tetap terus membuka diri untuk belajar dari orang lain.

      Hapus
  3. Kok sedih banget bacanya mbak. Kadang memang manusia hadir di hidup hanya memberi pelajaran saja. Bukan untuk singgah menetap

    BalasHapus
    Balasan
    1. kadang, bagi saya hal ini menjadi pengingat diri kalau satu-satunya hal yang abadi yang menetap dalam hati kita adalah keyakinan dan cinta-Nya

      Hapus
  4. Memang kehadiran seseorang baru terasa sangat penting setelah semuanya menjadi kenangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, menjadi sangat penting bagi orang-orang yang menghargai siapapun yang telah mewarnai sebagian besar cerita di masa lalu.

      Hapus
  5. Diksinya bagus dan mengena di hati. Cerpen kk yg minggu lalu kubaca masih terngiang di ingatan. Kynya ini jg bakal membekas deh

    BalasHapus
  6. Benar, Kak. kadang jarak dan jalan hidup secara perlahan-lahan menjadi sekat yang tak kasat mata.

    BalasHapus
  7. Di dunia ini tidak ada kebersamaan yang abadi. Pada saatnya akan berpisah, mungkin menjafi kenangan indah atau kenangan yang terasa pahit. Apapun itu, semoga menjadi pelajaran.

    BalasHapus
  8. Kena banget kayak diriku yang lagi curhat aja ingat-ingat dulu tapi gak pengen diulang

    BalasHapus
  9. Kenangan yang manis itu memang sangat indah untuk dikenang, tapi kenangan pahit sangat membekas untuk dilupakan. Terkadang mereka yang datang hanya sekedar berbagi cerita bukan membuat cerita

    BalasHapus
  10. Manusia suka gitu ya, datang pergi dari hidup kita sesuka hati. Tapi setiap manusia meninggalkan kenangan yang kita bisa memilih untuk dikenang atau tidak.

    BalasHapus
  11. Peristiwa atau kejadian yang membuat kita berkesan memang selalu kita kenang tetapi setelah berjalan nya waktu mungkin semua itu akan hilang dengan sendirinya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer